Mentari pancarkan
sinarnya dengan kemilau diupuk timur , kokok ayam bersahutan dari belakang
rumah , embun bergelayut didedaun pancarkan kebeningan hati , bunga bunga
merekah laksana gadis desa yang baru beranjak dewasa .
Aku duduk diberanda rumahku sambil melihat kejalan yang
ramai berlalu lalang , tetapi ada satu pertanyaan yang aku simpan dari dulu
hingga kini tak berani berujar pada siapapun. Kumenyimpan perasaan yang sakit
dan mungkin teramat sakit seandainya
EMBUN BERLALU tak memberi
kesegaran lagi pada hatiku yang di gurit keluh kesah dan tiada berujung
Pandanganku jauh kedepan dimana burung burung beterbangan
menyambut mentari menari , kupu kupu
yang siap kepakan sayapnya mencari madu dari bunga bunga , tetapi sayang ini
hari bunga tak lagi bermekaran tak satu kuncuppun putik bermuncul. Mungkin kupu
kupu akan pergi jauh mencari madunya atau dia akan mati lemas dan terduduk
layu.
Ku lihat langit membiru cerah dengan warna siangnya yang
megah , awan putih berarak menambah pesona cakrawala , eemmhh andai aku mampu
seperti MENTARI yang selalu hadir menemani siang dan mampu
member kehangatan jiwa jiwa yang kedinginan mungkin kumbang tak kan lari
mencari pengganti bunga yang layu tergerus waktu.
Tak terasa waktu terus berlalu . . . .
Semakin tinggi
mentari semakin terasa membakar jiwa jiwa yang berjalan tanpa alas , peluh
bercucur mengalir deras tak mampu di tepis bahwa inilah hidup yang selalu harus
diperjuangkan ,di bawah sengatan mentari
yang mencibir bumi aku berlalu pergi.*by:pelangi*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar