Saat
itu kau menghilang tersapu kabut bukit hijau, tampaknya titik-titik air
membawamu dalam gumpalan awan dan angin menerbangkanmu ke padang yang luas dan
akhirnya kau terjatuh bersama hujan di atas padang rumput yang kini subur
membasah. Kau berlalu dihadapanku, dan kini kau mengejarku berlari dari padang
rumputmu. Aku sedang termenung, memoriku tak lagi menempatkanmu menjadi nomor
satu di hatiku.
Kucoba mengabaikanmu, karena hanya
kebencian dan sakit hati yang kurasa. Bagiku sekarang kau seperti batu yang
kini sedang kuinjak-kuinjak menjadi kerikil kerikil kecil dalam kemarahanku.
Entah angin apa yang membuatku berubah. Mungkin memang masih ada setitik
kebaikanku kepadamu. Kubuka kembali kedua tanganku menyambutmu. Entahlah,
apakah itu sebagai wujud aku memang masih baik padamu atau sebagai wujud
kelemahanku. Ya, walaupun aku harus menelan ludahkusendiri.
Sejumput harap kembali menjemput. Harapan yang sama yang dulu pernah terukir dan terucap. Sebenarnya aku bosan berputar-putar di tempat yang sama. Tapi biarlah, akan kulihat apakah kali ini aku masih harus berputar-putar atau akan menemukan jalan baru. Hari-hari ku lalui dengan seulas senyum, walau aku masih harus berjalan di tempat yang sama.
Kau ingin bercinta dengan mata hati, tenggelam bersamaku dalam samudra kasih sayang, bercumbu laksana matahari berpadu pada wajah bumi, menjelajahi terjalnya bukit . .
Aku ingin semuanya, namun itu semua harus kau awali dengan menyebut nama-Nya. Dan aku akan membuatmu melakukan itu semua. Jika tidak, aku tak perduli seandainya kau harus kembali pada sang bukit untuk diterbangkan angin. Dan tak usah kembali jika kau hanya ingin mencumbui aku hingga batas panas mentari menyengatmu. Aku tak membutuhkanmu. Aku hanya membutuhkan seseorang yang membumi, yang bersedia meluangkan waktunya hidup bersamaku dalam kasih sayang yang diridhoi-Nya
Tampaknya aku memang masih terus berputar di tempat yang sama, kecuali jika kau berubah pikiran dan setuju denganku. Ayolah...!!! Tidak bosankah kau terus mengulangi kesalahan yang sama. Sementara aku masih menanti perubahan yang nyata bukan yang ke pura puraan dan didepanku selama ini yang tampak hanyalah wajah kemunafikan.. . .
Sejumput harap kembali menjemput. Harapan yang sama yang dulu pernah terukir dan terucap. Sebenarnya aku bosan berputar-putar di tempat yang sama. Tapi biarlah, akan kulihat apakah kali ini aku masih harus berputar-putar atau akan menemukan jalan baru. Hari-hari ku lalui dengan seulas senyum, walau aku masih harus berjalan di tempat yang sama.
Kau ingin bercinta dengan mata hati, tenggelam bersamaku dalam samudra kasih sayang, bercumbu laksana matahari berpadu pada wajah bumi, menjelajahi terjalnya bukit . .
Aku ingin semuanya, namun itu semua harus kau awali dengan menyebut nama-Nya. Dan aku akan membuatmu melakukan itu semua. Jika tidak, aku tak perduli seandainya kau harus kembali pada sang bukit untuk diterbangkan angin. Dan tak usah kembali jika kau hanya ingin mencumbui aku hingga batas panas mentari menyengatmu. Aku tak membutuhkanmu. Aku hanya membutuhkan seseorang yang membumi, yang bersedia meluangkan waktunya hidup bersamaku dalam kasih sayang yang diridhoi-Nya
Tampaknya aku memang masih terus berputar di tempat yang sama, kecuali jika kau berubah pikiran dan setuju denganku. Ayolah...!!! Tidak bosankah kau terus mengulangi kesalahan yang sama. Sementara aku masih menanti perubahan yang nyata bukan yang ke pura puraan dan didepanku selama ini yang tampak hanyalah wajah kemunafikan.. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar